Rabu, 16 Januari 2013

MENUJU PRAKTEK KONSTRUKSI YANG LEBIH BAIK !! BAGAIMANA MENJADI LEBIH BAIK & KONDISI USAHA YANG KONDUSIF


BAGAIMANA  MENJADI LEBIH BAIK


Setelah kita mempelajari berbagai kasus yang sering terjadi di praktek nyata, baik dalam hal perancangan maupun pelaksanaan dan pengawasan, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah : “Dapatkah kita menghindari kesalahan-kesalahan yang umum terjadi? Dapatkah kita memperbaiki kinerja sehingga lebih mendekati performa unggulan?”

Ada dua aspek pokok yang dapat membuat pelaku teknik profesional mampu ber-kinerja unggul, yaitu kualifikasi dan sikap yang bersangkutan. Dalam hal kualifikasi, dia harus menguasai baik kualifikasi umum yang mencakup pengetahuan dasar tentang berbagai disiplin ilmu dalam lingkup pekerjaannya. Misalnya : pengetahuan mengenai arsitektur, biaya, HVAC, kelistrikan, kebakaran, transportasi vertikal dalam gedung, bahan bangunan, masalah landscape, dll. Meskipun ini terbatas pada pengetahuan dasar saja. Selain itu dia juga dituntut untuk menguasai kualifikasi spesifik tentang pekerjaan utamanya. Misalnya, seorang perancang struktur akan dituntut mempunyai kemampuan
sbb :
-        Memahami alam dan mampu menerapkan ilmu dan prinsip enjinering.
-        Kemampuan mengidentifikasi masalah, melakukan formulasi dan membuat solusi.
-        Mengerti bidang teknik struktur dan mengikuti perkembanganya.
-        Memperbaiki teknik perhitungan dan pengetahuan yang ada. Hal ini bisa didapatkan antara lain dengan bergabung dengan keanggotaan profesi, melalui bacaan, seminar, kunjungan lapangan ataupun komunikasi langsung dengan pihak luar atau rekan seprofesi.
-        Menyadari keterbatasan kemampuannya dan tahu kapan harus meminta pendapat/ nasehat orang lain.
-        Kemauan untuk belajar seumur hidup.

Seorang manajer proyek yang mengendalikan jalannya pekerjaan sebagai kontraktor, dituntut untuk mempunyai kemampuan mengidentifikasi masalah, melakukan formulasi dan membuat solusi; memahami alam dan mampu menerapkan ilmu dan prinsip enjinering; mampu melihat bagaimana sekwen pekerjaan yang mencakup berbagai bidang yang harus dikoordinasi dan dilaksanakannya; mengerti tentang manajemen proyek termasuk skejul, procurement dan enjinering; mengenal tentang bahan-bahan bangunan; menyadari keterbatasan kemampuannya dan tahu kapan harus meminta pendapat/nasehat orang lain; dan kemauan untuk belajar seumur hidup.

Selain kualifikasi kerja, dia juga dituntut untuk mempunyai sikap yang positif; mempunyai integritas tinggi, mempunyai tanggung jawab profesional dan moral; peka akan masalah sosial, kultural, global, lingkungan dan bisnis dan mempunyai komitmen terhadap pekerjaannya.

Selain kedua aspek pokok tadi, lingkungan kerja juga memainkan peranan penting. Sebuah perusahaan yang sehat akan menjalankan usahanya dengan bijaksana, tidak semata memburu keuntungan, mempunyai sistem mutu yang memadai dan mempunyai rencana kerja yang disesuaikan dari masa ke masa. Lingkungan yang baik akan memberi kesempatan bersaing dan berkarier secara sehat bagi individu pelaku teknis, menghasilkan pengembangan berkesinambungan bagi mereka dan kehidupan layak sebagai seorang manusia.

Di luar itu, masalahnya berpulang kepada pribadi kita masing-masing.



KONDISI USAHA YANG KONDUSIF

Dalam kancah pembangunan, ada empat pihak yang mempunyai peran yang sangat penting dalam menjalankan industri baik secara langsung maupun tidak langsung dan masing-masing mempunyai kepentingannya sendiri. Anatara lain Pemerintah Daerah sebagai pembuat peraturan, pelaku teknis yang meliputi konsultan sebagai perancang atau pengawas, dan kontraktor sebagai pelaksana, perguruan tinggi sebagai pemasok tenaga ahli dan industri manufakturing sebagai pemasok bahan bangunan. Lihat Gambar.


Gambar Interaksi dari empat komponen penting pelaku pembangunan

Keempat pihak saling berinteraksi dengan kepentingannya masing-masing, saling tergantung dan saling membutuhkan satu sama lain. Meskipun kerapkali kepentingan masing-masing pihak berbeda, tetapi untuk menghasilkan suatu karya yang optimal diperlukan suatu sinergi dan interaksi yang erat.

Perguruan Tinggi akan menghasilkan tenaga ahli yang kelak dapat digunakan oleh pelaku pembangunan lain. Mutu lulusan Perguruan Tinggi akan berpengaruh langsung bagi kinerja pelaku lain. Dengan kurun waktu terbatas kurikulum yang ada ditujukan untuk memberikan pengetahuan dasar dari bidang keilmuan tertentu, namun segi pengembangan kepribadian umumnya kurang mendapat perhatian. Lulusan-lulusan Perguruan Tinggi sulit membuat laporan, berdiskusi atau berdebat dalam lingkuan luas dan mengatur diri sendiri (self-management).

Pelaku teknis harus senantiasa mematuhi berbagai PERDA disamping menguasai ilmu disiplinnya secara matang. Dia harus senatiasa meng-update dirinya tentang pengetahuan keilmuan maupun tentang material yang ada di pasaran. Dengan demikian dia tidak dapat lepas dari pihak-pihak Perguruan Tinggi, PEMDA maupun industri. Sebaliknya pihak industri akan memerlukan Perguruan Tinggi untuk memasok tenaga ahli dan untuk kerjasama melakukan berbagai penelitian maupun pengujian. Produk-produk baru perlu diperkenalkan kepada pelaku teknis, sekaligus memenuhi standar-standar yang dikeluarkan PEMDA.

Dalam hal ini fungsi PEMDA menjadi sangat penting dalam mengatur tata niaga dan jalannya roda industri konstruksi, agar produk-produk yang dihasilkan dapat digunakan secara aman oleh masyarakat. PEMDA akan kerap memerlukan bantuan Perguruan Tinggi dalam studi-studi khusus, agar peraturan-peraturan yang dikeluarkan tepat-guna dan relevan dengan masalah-masalah yang berjalan.

Mudah-mudahan di masa mendatang interaksi saling menguntungkan dapat tercipta antara komponen-komponen pelaku pembangunan ini, agar Indonesia mempunyai kinerja yang ampuh dan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam dunia konstruksi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar